Foto pembicara kegiatan Dialog Kepemimpinan

Salam REVOLUSI !

Hidup Mahasiswa !

“menyoal kepemimpinan dalam bingkai multicultural”.Itulah tema kegiatan yang kali ini diusung oleh BEM Unikama Kabinet “Pembaharu” Revolusi dalam sebuah acara Dialog Kepemimpinan pada tanggal 25 Maret 2017 bertempat di ruang Auditorium Multikultural. “Saya teringat pada salah satu ungkapan mantan orang nomer satu di indonesia, beliaulah sang guru bangsa Abdur Rahman Wahid dikenal dg sapaan Gus dur, beliau penah berkata “tidak penting apapun suku, agama dan budayamu, selagi kamu melakukan kebaikan kepada smua orang tidak ditanya apa agamamu”. Kata Ahmad Fahrur Rosi dalam sambutannya. Presiden Mahasiswa Unikama memang sangat mengidolakan Gus Dus sebagai seorang pemimpin yang sangat multicultural dalam besikap, menerima semua golongan, tidak pernah membedakan ras, suku, maupun agama. Beliau sangat ingin mencontoh Gus Dus dalam pemikiran maupun tindakannya, karena jika dikatakan Kampus adalah Miniatur dari sebuah Negara maka Universitas Kanjuruhan Malanglah yang paling tepat untuk dikatakan seperti itu.

Kegitan BEM yang kedua kali ini bukan main main. Jelas saja, BEM Unikama mampu mengundang orang orang yang sangat berpengaruh sebagai pembicaranya contohnya saja Bapak Wakil Wali Kota Malang Drs. Sutiaji, Seorang budayawan Dr. Bambang Noorsena, Direktur Lingkar Study Wacana Indonesia (LSWI) Abdul Aziz, M.Pd.

Beliau beliau sangat cocok untuk mengisi acara yang yang diselenggarakan BEM kali ini. Bpk. Drs. Sutiaji yang memang pemimpin Kota Malang mampu memberikan stimulus bagaimana seorang pemimpin harus bersikap dan bertindak. “Setiap orang adalah pemimpin dan pemimpin harus bisa melihat siapa yang dipimpin”, Begitulah kata pembuka dari Bpk. Drs. Sutiaji. Dalam hal ini pendidikan sangat berpengaruh kepada pola fikir seseorang, dimulai dari pendidikan dalam lingkup keluarga karena itulah yang paling dekat, orang tua harusnya memberi kebebasan kepada anaknya, tidak mengatur harus kesana atau harus kesini. Kata beliau.

Dilanjutkan oleh Bpk. Dr. Bambang Noorsena.”Sebelum kita mengenal Multikulturalisme kita sudah memiliki yang namanya Bhineka Tunggal Ika, itu tahun 1365M dipuncak kejayaan Majapahit”, Kata beliau dalam pandangan seorang budayawan. Beliau juga menjelaskan bahwa konsep Bhineka itu lebih mendalam dari pada Multikutural, Bhineka bukan haya keragaman budaya tapi juga keragaman teologis, agama, ataupun keyakinan.

Dan sebagai pembicara penutup Bpk. Abdul Aziz, M.Pd, memberikan sebuah closing stetment  dan hal seperti ini adalah hal yang harus selalu diingat oleh seorang pemimpin. “Kritik memang menyakitkan, tapi kritik tak didengarkan lebih menyakitkan”, Begitulah kata beliau.

Badan Eksekutif Mahasiswa berharap dengan adanya kegiatan semacam ini mampu memunculkan jiwa jiwa kepemimpinan kepada seluruh mahasiswa ataupun dosen dosen universitas kanjuruhan. mampu bersikap sebagaimana mestinya seorang pemimpin. Kebanyakan pada hari ini seorang pemimpin tak lagi bisa melihat siapa yang mereka pemimpin hanya mementingkan diri mereka sendiri bagaimana untuk mengisi perutnya saja.

BEM UNIKAMA SELENGGARAKAN DIALOG KEPEMIMPINAN