UNIKAMA
Multikulturalisme atau Primordialisme
“Dinamika Universitas Kanjuruhan Malang”

Oleh : Dwi Wahyuni (160403060008)
Dari HMPS Pend. Matematika

Salah satu keunggulan Indonesia dimata dunia adalah keberagaman suku dan rasnya. Akan menjadi suatu kebanggaan jika keberagaman mampu diimbangi dengan kerukunan suku dan ras. Di beberapa daerah dapat menciptakan suatu kedamaian walau background suku dan ras berbeda. Pemerintahan juga tidak dihuni dan dikuasai oleh satu suku saja tapi tersusun atas keberagaman suku. Keberagaman suku inilah yang kemudian disebut dengan Multikulturalisme.Multikulturalisme mencakup gagasan, cara pandang, kebijakan, penyikapan dan tindakan, oleh masyarakat suatu negara, yang majemuk dari segi etnis, budaya, agama dan sebagainya, namun mempunyai cita-cita untuk mengembangkan semangat kebangsaan yang sama dan mempunyai kebanggan untuk mempertahankan kemajemukan tersebut[1] Sedangkan Masyarakat multikultural adalah suatu masyarakat yang terdiri dari beberapa macam komunitas budaya dengan segala kelebihannya, dengan sedikit perbedaan konsepsi mengenai dunia, suatu sistem arti, nilai, bentuk organisasi sosial, sejarah, adat serta kebiasaan (“A Multicultural society, then is one that includes several cultural communities with their overlapping but none the less distinc conception of the world, system of [meaning, values, forms of social organizations, historis, customs and practices”)

Berbicara tentang multikulturalisme di Indonesia, terdapat salah satu institusi pendidikan dengan label ‘Multikultural’. Adalah Universitas Kanjuruhan Malang yang merupakan salah satu PTS (Perguruan Tinggi Swasta) yang berlokasi di Jl. S. Supriadi Sukun Malang. Label itu tampaknya sangat sesuai mengingat mahasiswanya yang berasal dari berbagai daerah dengan keragaman suku misalnya Ambon, Flores, Sumba, Jawa, Kalimantan, Manggarai dan lain-lain.

Namun yang menjadi pertanyaannya adalah Sudahkah unikama mewujudkan kerukunan suku, ras dan etnis dalam lingkungan kampus ?. Apakah isu suku tidak berpotensi untuk menimbulkan suatu konflik ?.

Salah satu mahasiswa dari prodi Pendidikan Matematika, Orlando mengatakan ,”Mahasiwa dibawah angkatan 2013 memang masih bergaul dengan sesama sukunya karena minder atau malu jadi kurang bersosial dengan suku lainnya”. Hal senada juga dikatakan oleh Leni, Mahasiswi dari Pendidikan Matematika bahwa untuk kerukunan mungkin bisa dijalin namun kebersamaanlah yang belum begitu terlihat seakan-akan masih ada sekat antar suku.

Seperti dilansir oleh malangkotanews.com, tawuran di unikama masih kerap terjadi antar suku seperti tawuran antara suku Sumba dan Ambon. Menurut salah satu mahasiswa tawuran itu biasanya hanyalah berasal dari masalah yang kecil tapi kemudian antar suku salah menyalahkan dan memperbesar masalah, ketua orda (organisasi daerah) yang biasanya mampu menjadi penengah saat ada konflik.

Kerukunan memang akan terjalin seiring bertambah dewasa pemikiran dari masing-masing mahasiswa. Namun kebersamaanlah yang slit terjalin mengingat perasaan kesukuan yang begitu besar sehingga kebanyakan mahasiwa begitu menjnjung sukunya dan lupa untuk bersosial antar suku.

Perasaan kesukuan yang berlebihan inilah yang disebut dengan Primordialisme[3]. Suatu ikatan seseorang terhadap kelompoknya melalui sosialisasi dengan tujuan untuk melestarikan budayanya. . Namun, di sisi lain sikap ini dapat membuat individu atau kelompok memiliki sikap etnosentrisme, yaitu suatu sikap yang cenderung bersifat subyektif dalam memandang budaya orang lain. Mereka akan selalu memandang budaya orang lain dari kacamata budayanya. Hal ini terjadi karena nilai-nilai yang telah tersosialisasi sejak kecil sudah menjadi nilai yang mendarah daging (internalized value) dan sangatlah susah untuk berubah dan cenderung dipertahankan bila nilai itu sangat menguntungkan bagi dirinya. Primodialisme inilah yang akan muncul jika tiap suku hanya memandang sukunya tanpa melakukan interaksi dengan suku lainnya.

Begitu pula di Univ. kanjuruhan akan ada kelompok suku A dan suku B yang tidak begitu berinteraksi. Untuk mewujudkan suatu multikulturalisme diperlukan sikap saling menghargai perbedaan-perbedaan untuk kemudian bersama-sama mencapai tujuan yang dapat bermanfaat bagi semua orang. Multikulturalisme atau Primordialisme adalah pilihan untuk mahasiswa Kanjuruhan. Nama Kampus Multikultural haruslah diwujudkan dan bukan hanya sebatas slogan.

 

 

Referensi :

  1. Azra, Azyumardi, 2007. “Identitas dan Krisis Budaya, Membangun Multikulturalisme Indonesia”,http://www.kongresbud.budpar.go.id/58%20ayyumardi%20azra.htm.
  2. Azra, Azyumardi, 2007. “Identitas dan Krisis Budaya, Membangun Multikulturalisme Indonesia”,
  3. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

 

Multikulturalisme atau Primordialisme